Kamis, 24 November 2011

BIOGRAFI TUANKU IMAM BONJOL

BIOGRAFI  TUANKU IMAM BONJOL

Lahir di BONJOL,PASAMAN,SUMATERA 1772
Wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di LOTAK PINELENG,MINAHASA 6 November 1864 adalah salah seorang ulama,pemimpin dan pejuang yang berperang melawan belanda,peperangan itu dikenal dengan nama perang paderi di tahun 1803-1837.
Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973,tanggal 6 November 1973
NAMA GELAR
Nama asli dari TUANKU IMAM BONJOL adalah MUHAMMAD SHAHAB,yang lahir di Bonjol,Pasaman,Sumatera Barat tahun 1772. Sebagai ulama dan pemimpi masyarakat setempat,ia memperoleh beberapa gelar,yaitu : PETO SYARIF,MALIN BASA dan TUANKU IMAM. Tuanku nan renceh dari Kamang sebagai salah seorang pemimpin dari harimau nan salapan adalah yang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum paderi di Bonjol. Ia akhirnya lebih dikenal dengan sebutan TUANKU IMAM BONJOL.

1.  PERANG PADERI
Perang besar ini terjadi di Minangkabau (Sumatera Barat) antara tahun 1803-1837. Meletusnya perang ini berawal dari perubahan social di kawasan itu pada abad ke-20. Ketika itu,berdatanglah orang  Minang dari Mekah seusai menunaikan ibadah haji. Orang-orang ini membawa pandangan baru,yang dijiwai faham Wahabi. Mereka mencita-citakan kehidupan masyarakat yang bersih dari segala bentuk penyimpangan terhadap ajaran Alquran. Mereka pun melancarkan gerakan memurnikan kehidupan masyarakat Minang. Kebiasaan berjudi,menyabung ayam,berpesta pora diberantas. Para pembaharu ini kemudian dikenal sebagai Kaum Paderi.
2.  LATAR BELAKANG PERANG
Pandangan baru yang dibawa Kaum Paderi disambut secara positif maupun negative. Kebanyakan ulama yang telah lama berkecimpung dalam penyiaran agama beserta beberapa kepala negeri menerima baik itikad mereka. Namun di lain pihak,Kaum Adat menolak usaha pembaruan itu. Mereka tidak menghendaki terganggunya adat kebiasaan lama yang telah sekian lama berakar dalam kehidupan masyarakat. Muncullah ketegangan antara Kaum Paderi dengan Kaum Adat. Masing-masing berupaya menanamkan pengaruhnya pada masyarakat.
Konflik tersebut makin lama meningkat menjadi bentrokan senjata. Bentrokan ini terjadi di berbagai tempat sehingga meletuskan perang saudara. Pusat kekuatan Kaum Paderi berada di Bonjol atau Alam Panjang. Di tempat ini dibangun benteng yang cukup besar dan kuat. Pemimpin Paderi di wilayah ini adalah Muhammad Syahab atau Pelo (Pendito) Syarif,yang kemudian dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol. Tokoh Paderi lainnya antara lain adalah Tuanku Mudik Padang,Tuanku nan Cerdik,dan Tuanku Tambusi (Tambusai).
Selama berlangsungnya perang saudara,Kaum Adat pernah meminta bantuan pihak asing. Ketika Inggris masih berkuasa,mereka memohon campur tangan Raffles. Tindakan serupa mereka lakukan juga saat Belanda kembali berkuasa.
Bagi pemerintah kolonial Belanda,permohonan bantuan itu merupakan kesempatan menduduki Sumatera Barat. Perlu diketahui,memang Belanda telah memegang kuasa atas wilayah itu,namun baru secara formal saja (de jure),belum dalam arti sebenarnya (de facto). Pada tanggal 10 februari 1821,diadakanlah perjanjian antara Residen de Puy dengan Tuanku Suruaso beserta 14 Penghulu Adat. Delapan hari kemudian,sesuai dengan kesepakatan perjanjian,pasukan Belanda menduduki beberapa daerah di Sumatera Barat. Peristiwa ini menandai mulainya Perang Paderi.
3.  JALANNYA PERANG
Jalannya Perang Paderi dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berlangsung antara 1821-1825. Masa ini ditandai oleh perlawanan Kaum Paderi di seluruh Minangkabau. Meraka melakukan serangan ke pos-pos tentara Belanda di Sumawang,Sulit Air,Rau,Enam Kota,dan Tanjung Alam.
Kemudian komandan militer Belanda di Padang,Letnan Kolonel Raff,berencana mengadakan perundingan dengan Kaum Paderi. Keberhasilan usahanya mendekati kaum itu di Bonjol membuahkan perundingan perdamaian pada tanggal 22 Januari 1824.
Perundingan itu sebetulnya dimaksudkan Belanda untuk menunda waktu pertempuran agar dapat memperkuat diri. Pada kenyataanya,tidak lama kemudian pasukan Belanda melancarkan serangan ke beberapa wilayah. Tindakan ini menimbulkan kemarahan Kaum Paderi di Bonjol. Serangan balasan dilancarkan ke kedudukan Belanda di Tanah Datar dan Suruaso.
Pada tahun 1825,meletuskan pemberontakan di Jawa di bawah pimpinan Diponegoro. Untuk menghadapi pemberontakan itu,Belanda harus menarik pasukannya dari Sumatera Barat. Agar kemelut di Minangkabau dapat diredam,Kolonel Stuers pun menawarkan perundingan perdamaian. Perundingan terjadi pada tanggal 15 November tahun 1825 di Padang. Dalam perundingan itu Belanda mengakui kedaulatan Kaum Paderi di beberapa tempat di Minangkabau.
Setelah pemberontakan di Jawa dipadamkan,sejak bulan Juli tahun 1830,Belanda mendirikan pos-pos penjagaan di Minangkabau. Tindakan ini membangkitkan kembali perlawanan Kaum Paderi. Perang Paderi memasuki bagian kedua,yang berlangsung tahun 1830-1837. Salah satu pertempuran yang seru terjadi di Mengopo. Pasukan Kaum Paderi dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol bersama dengan Tuanku nan Cerdik. Pertempuran tersebut meminta banyak korban di kedua belah pihak.
Sementara itu,Van de Bosch,gubernur jenderal ketika itu,ingin secepatnya memadamkan perlawanan Kaum Paderi. Pada tahun 1832,didatangkanlah bala bantuan tentara ke Padang. Ikut serta pula pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo. Berkat bantuan militer dari Jawa ini,pasukan Belanda bertambah kuat. Sebaliknya,kedudukan Kaum Paderi semakin terdesak. Walapun demikian,mereka tetap melancarkan serangan ke kubu pertahanan Belanda. Misalnya,serangan yang dipimpin Tuanku Tambusi ke benteng Belanda di Amerogen dan serangan yang dipimpin oleh Tuanku Demasiang ke pos Belanda di Gubuk Sigandang.
Baru pada akhir tahun 1834,Belanda dapat memusatkan kekuatan pasukannya untuk menaklukkan Bonjol. Pasukan yang besar disiapkan untuk menyerang tempat itu. Secara perlahan dan susah payah pasukan Belanda bergerak maju dan mulai menutup jalan-jalan penghubung Bonjol dengan daerah lain. Kedudukan semakin terjepit. Pada tanggal 16 Juni 1835,benteng Bonjol mulai ditembaki meriam. Meskipun sulit,pasukan Paderi tetap melawan. Selama tahun 1836,benteng Bonjol belum juga dapat direbut.
Pada tanggal 10 Agustus 1837,Tuanku Imam Bonjol menyatakan kesediaan untuk berunding. Karena tidak terjalin kesepakatan,pecah lagi pertempuran dua hari kemudian. Setelah mati-matian dipertahankan,benteng Bonjol jatuh pada tanggal 21 September 1837. Meskipun berhasil meloloskan diri,akhirnya Tuanku Imam Bonjol dapat ditawan. Ia dibuang ke Cianjur,lalu ke Ambon,dan dipindahkan lagi ke Manado.
Sementara itu,Tuanku nan Alahan,Tuanku Tambusi,dan Tuanku nan Cerdik tetap melakukan perlawanan. Akhirnya Tuanku nan Alahan menyerah sebulan setelah Bonjol jatuh. Penyerahan ini menandai berakhirnya Perang Paderi.
4.  PENANGKAPAN DAN PENGASINGAN
Setelah datang bantuan dari Batavia,maka Belanda mulai melanjutkan kembali pengepungan,dan pada masa- masa selanjutnya,kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit,namun ia masih tak sudi untuk menyerah kepada Belanda. Sehingga sampai untuk ketiga kali Belanda mengganti komanda perangnya untuk merebut Bonjol,yaitu  sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah liat yang disekitarnya,dikeliling oleh parit-parit. Barulah pada 16 agustus 1837,Bonjol dapat dikuasai setelah sekian lama dikepung.
Dalam bulan oktober 1837,Tuanku Imam Bonjol diundang di Palupuh untuk  berunding. Tiba ditempat itu langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur,Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak,Minahasa,dekat Manado. Ditempat terakhir itu ia meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan ditempat pengasingannya tersebut.
5.  PENGHARGAAN
Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi apresiasi akan kepahlawannya dalam menentang penjelajahan,sebagai penghargaan dari pemerintahan Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya,Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 6 November 1973.
Selain itu nama beliau juga hadir di ruang public  bangsa sebagai nama jalan,nama stadion,nama universitas,bahkan pada lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.

CONTOH TOKOH NASIONAL LAINNYA
1.   TUANKU TAMBUSI             2. LETNAN KOLONEL RAFF
           


3.  VAN DE BOSCH                 4. SENTOT ALI BASYAH
               
                               






Who (siapa TUANKU IMAM BONJOL) ? 
 Nama asli dari TUANKU IMAM BONJOL adalah MUHAMMAD SHAHAB. Tuanku Imam Bonjol adalah seorang pejuang,pahlawan nasional, salah seorang ulama,pemimpin dan pejuang yang berperang melawan belanda,peperangan itu dikenal dengan nama perang paderi di tahun 1803-1837.
2.  Where ( dimana dia dilahirkan,diwafatkan,& nama beliau  hadir ) ?
lahir di Bonjol,Pasaman,Sumatera Barat tahun 1772,wafat dalam pengasingan,dimakamkan di LOTAK PINELENG,MINAHASA 6 November 1864,dan di ruang public  bangsa sebagai nama jalan,nama stadion,nama universitas,bahkan pada lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.
3.  What ( apa nama gelar & penghargaan TUANKU IMAM BONJOL) ?
Nama gelar TUANKU IMAM BONJOL,yaitu : PETO SYARIF,MALIN BASA dan TUANKU IMAM, penghargaan dari pemerintahan Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya,Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 6 November 1973.

2 komentar:

  1. 16 Agustus 1837 Bonjol dapat dikepung dan dikuasai oleh pasukan
    Belanda,namun pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kekemerdekaan.Jadi TImam Bonjol akhirnya tidak terkalahkan.

    BalasHapus
  2. Bonjol dapat dikepung karena persenjataan yang tidak seimbang. Namun semangat juang kemerdekaan tetap besar dan bergelora dihati para pemimpin rakyat Indonesia sehingga kemerdekaan dapat dicapai 108 tahun kemudian yang memiliki luas daerah ribuan kali Bonjol.

    BalasHapus